Kamis, 13 Desember 2012
Selasa, 11 Desember 2012
Tamasya Ke Pantai
Libur sekolah baru saja
dimulai hari ini, perasaan riang gembira menyambut pasangan adik kakak Ehsan
dan Ruli, mereka kembar laki-laki dan perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana
yang tinggal di sebuah desa di lereng gunung yang bernama desa Mawar Melati.
Meskipun mereka hidup sederhana namun tidak membuat mereka berkecil hati,
karena orang tua mereka tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap
rendah diri namun selalu memberikan pengertian kepada anak-anaknya bahwa hidup
bijaksana dan rendah hati akan membawa nikmat dikemudian hari. Sosok Ehsan yang tinggi tegap dan pandai
mirip dengan ayahnya sedangkan Ruli yang bertubuh sedikit lebih pendek dari
Ehsan, dengan mata sipit, hidung sedikit mancung dan rambutnya yang terurai
panjang dan sangat cantik mempunyai sikap dan sifat yang mirip dengan ibunya.
Ayah Ruli dan Ehsan bekerja sebagai guru Sekolah Dasar tidak jauh dari rumah
mereka, sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga,
Suatu pagi di depan rumah,
Ruli sudah menyapu halaman dan Ehsan sudah mencabuti rumput di halaman rumah,
mereka adalah anak rajin dan patuh dengan orang tua. Tiba-tiba ibunya
menghampiri mereka,”Ehsan, Ruli makan dulu sayang nanti dilanjutin lagi setelah
makan” Kata ibunya. “iya bu” Jawab Ruli. Ruli pun mengajak Ehsan untuk segera
berhenti mencabuti rumput dan segera masuk ke dalam untuk sarapan pagi. “Cuci
tangan dulu kak Ehsan sebelum makan, biar kuman yang ada di tangan mati jangan
lupa pakai sabun ya Kak” pinta Ruli. Setelah cuci tangan Ruli dan Ehsan
bergabung dengan ibu dan ayahnya di meja makan. “Wah masak apa Bu, sepertinya
enak sekali” kata Ehsan. ”Masak sayur kesukaan mu Ehsan, tumis kangkung dan
lauknya tempe, biarpun cuma makan dengan sayur kangkung dan lauknya tempe
goreng kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi rejeki,
masih banyak orang di luar sana yang kesusahan dan tidak seberumtung kita”
jelas ibunya. “Ruli, Ehsan dengarkan dan ingat apa kata ibu” kata ayahnya.
Setelah sarapan pagi dan pekerjaan
Ruli dan Ehsan selesai mereka pun mandi dan bergabung dengan orangtuanya di
ruang tamu, di sudut ruang tamu ada sebuah televisi yang ukurannya tidak begitu
besar, dengan meja dan kursi yang tertata rapi, dan dinding yang terdapat foto
keluarga di atasnya. Ayah Ehsan dan Ruli mengecilkan suara televisi, sambil
melepas lelah setelah bekerja keluarga ini sering berkumpul di ruang tamu untuk
sekedar melepas lelah dan penat. Waktu sudah menunjukan pukul 11.00 wib,
tiba-tiba ayah Ehsan berbicara, semua mata mengarah ke arah ayah, “berhubung
kalian libur dan nilai rapor kalian tidak ada yang merah, ayah ingin mengajak
kalian untuk bertamasya ke pantai” kata ayah. “Horeeeee,,,” jawab Ehsan dan
Ruli hampir bersamaan. Perasaan senang menyambut Ehsan dan Ruli karena selain
kebun binatang Ehsan dan Ruli juga suka
berlibur ke pantai.
Keesokan harinya mereka
bersiap-siap untuk berangkat kepantai. Bekal sudah disiapkan dan tertata rapi
di dalam sebuah keranjang makanan. Karena ayah Ehsan tidak memiliki kendaraan
yang cukup untuk dinaiki mereka berempat, akhirnya mereka pergi ke pantai
menggunakan angkutan umun. Dalam perjalanan Ehsan dan Ruli tampak bersemangat,
tak terlihat sedikit pun wajah lesu mereka. Sesampainya di pantai Ehsan bermain
air di bibir pantai dengan ayah dan adiknya sedangkan ibunya menggelar tikar
dan menyiapkan bekal yang mereka bawa di bawah pohon cemara yang rindang tidak
jauh dari bibir pantai.
Keakraban keluarga ini
sungguh terasa harmonis, dengan bekal pembelajaran moral yang dilakukan ayah kepada
Ehsan dan Ruli menjadikan kedua anak ini tumbuh
menjadi anak yang manis dan patuh terhadap nasihat kedua
orangtuanya. Begitulah seharusnya kita
membina sebuah keluarga, jauh dari KDRT, harmonis dalam segala sikap, sifat,
dan tindakan. Nasihat diberikan tidak seperti kita menghakimi seorang anak,
namun dilakukan dengan kelembutan disela-sela setiap aktivitas yang dilakukan.
“PERAN DAN POLA ASUH
ORANGTUA MENJADI PRIORITAS PENTING DALAM MEMBEKALI ANAK SEHINGGA PENDIDIKAN
KARAKTER TUMBUH SECARA ALAMI DALAM DIRI INDIVIDU (anak itu sendiri)”
Untuk mu Bunda
Ibuku
Kartiniku
Pahlawanku penerang sukma dan ragaku
Hadirmu laksana alunan sebuah melodi
klasik
Lembut, tulus, menyejukan, dan mengalun
indah
Menuntun
setiap langkah dan desir nadiku
Polesan jarimu, tetes peluhmu, serta
bait kata
Yang terucap dari seiris bibirmu
Kan
jadi saksi perjalananku menembus ruang dan waktu
Kala
ku jatuh dan terinjak
Kau
tawarkan pangkuan dan belaian kasihmu
Tuk
jadi tempatku berkeluh kesah
Kala
ku rapuh dan terbuang
Kau
tawarkan pundakmu tuk menopang berat beban hidup ini
Kala
ku terbang dan tersenyum
kaupun
sempurnakannya dengan untaian doa indahmu
Kaulah malaikat ku
Kaulah
pahlawan ku
Kaulah
kartiniku
Tak
ada yang indah tuk melukiskan nya
Terima
kasih untuk pengorbanan mu
Tanpamu
aku hanya seonggok debu
Yang
terjebak dalam dimensi ini
Langganan:
Postingan (Atom)