Halaman

Selasa, 11 Desember 2012

Tamasya Ke Pantai


Libur sekolah baru saja dimulai hari ini, perasaan riang gembira menyambut pasangan adik kakak Ehsan dan Ruli, mereka kembar laki-laki dan perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana yang tinggal di sebuah desa di lereng gunung yang bernama desa Mawar Melati. Meskipun mereka hidup sederhana namun tidak membuat mereka berkecil hati, karena orang tua mereka tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap rendah diri namun selalu memberikan pengertian kepada anak-anaknya bahwa hidup bijaksana dan rendah hati akan membawa nikmat dikemudian hari.  Sosok Ehsan yang tinggi tegap dan pandai mirip dengan ayahnya sedangkan Ruli yang bertubuh sedikit lebih pendek dari Ehsan, dengan mata sipit, hidung sedikit mancung dan rambutnya yang terurai panjang dan sangat cantik mempunyai sikap dan sifat yang mirip dengan ibunya. Ayah Ruli dan Ehsan bekerja sebagai guru Sekolah Dasar tidak jauh dari rumah mereka, sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga,
Suatu pagi di depan rumah, Ruli sudah menyapu halaman dan Ehsan sudah mencabuti rumput di halaman rumah, mereka adalah anak rajin dan patuh dengan orang tua. Tiba-tiba ibunya menghampiri mereka,”Ehsan, Ruli makan dulu sayang nanti dilanjutin lagi setelah makan” Kata ibunya. “iya bu” Jawab Ruli. Ruli pun mengajak Ehsan untuk segera berhenti mencabuti rumput dan segera masuk ke dalam untuk sarapan pagi. “Cuci tangan dulu kak Ehsan sebelum makan, biar kuman yang ada di tangan mati jangan lupa pakai sabun ya Kak” pinta Ruli. Setelah cuci tangan Ruli dan Ehsan bergabung dengan ibu dan ayahnya di meja makan. “Wah masak apa Bu, sepertinya enak sekali” kata Ehsan. ”Masak sayur kesukaan mu Ehsan, tumis kangkung dan lauknya tempe, biarpun cuma makan dengan sayur kangkung dan lauknya tempe goreng kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi rejeki, masih banyak orang di luar sana yang kesusahan dan tidak seberumtung kita” jelas ibunya. “Ruli, Ehsan dengarkan dan ingat apa kata ibu” kata ayahnya.
Setelah sarapan pagi dan pekerjaan Ruli dan Ehsan selesai mereka pun mandi dan bergabung dengan orangtuanya di ruang tamu, di sudut ruang tamu ada sebuah televisi yang ukurannya tidak begitu besar, dengan meja dan kursi yang tertata rapi, dan dinding yang terdapat foto keluarga di atasnya. Ayah Ehsan dan Ruli mengecilkan suara televisi, sambil melepas lelah setelah bekerja keluarga ini sering berkumpul di ruang tamu untuk sekedar melepas lelah dan penat. Waktu sudah menunjukan pukul 11.00 wib, tiba-tiba ayah Ehsan berbicara, semua mata mengarah ke arah ayah, “berhubung kalian libur dan nilai rapor kalian tidak ada yang merah, ayah ingin mengajak kalian untuk bertamasya ke pantai” kata ayah. “Horeeeee,,,” jawab Ehsan dan Ruli hampir bersamaan. Perasaan senang menyambut Ehsan dan Ruli karena selain kebun binatang  Ehsan dan Ruli juga suka berlibur ke pantai.
Keesokan harinya mereka bersiap-siap untuk berangkat kepantai. Bekal sudah disiapkan dan tertata rapi di dalam sebuah keranjang makanan. Karena ayah Ehsan tidak memiliki kendaraan yang cukup untuk dinaiki mereka berempat, akhirnya mereka pergi ke pantai menggunakan angkutan umun. Dalam perjalanan Ehsan dan Ruli tampak bersemangat, tak terlihat sedikit pun wajah lesu mereka. Sesampainya di pantai Ehsan bermain air di bibir pantai dengan ayah dan adiknya sedangkan ibunya menggelar tikar dan menyiapkan bekal yang mereka bawa di bawah pohon cemara yang rindang tidak jauh dari bibir pantai.
Keakraban keluarga ini sungguh terasa harmonis, dengan bekal pembelajaran moral yang dilakukan ayah kepada Ehsan dan Ruli menjadikan kedua anak ini tumbuh  menjadi anak yang manis dan patuh terhadap nasihat kedua orangtuanya.  Begitulah seharusnya kita membina sebuah keluarga, jauh dari KDRT, harmonis dalam segala sikap, sifat, dan tindakan. Nasihat diberikan tidak seperti kita menghakimi seorang anak, namun dilakukan dengan kelembutan disela-sela setiap aktivitas yang dilakukan.

“PERAN DAN POLA ASUH ORANGTUA MENJADI PRIORITAS PENTING DALAM MEMBEKALI ANAK SEHINGGA PENDIDIKAN KARAKTER TUMBUH SECARA ALAMI DALAM DIRI INDIVIDU (anak itu sendiri)”

Untuk mu Bunda


Ibuku Kartiniku

Pahlawanku penerang sukma dan ragaku
Hadirmu laksana alunan sebuah melodi klasik
Lembut, tulus, menyejukan, dan mengalun indah
Menuntun setiap langkah dan desir nadiku
Polesan jarimu, tetes peluhmu, serta bait kata
Yang terucap dari seiris bibirmu
Kan jadi saksi perjalananku menembus ruang dan waktu
Kala ku jatuh dan terinjak
Kau tawarkan pangkuan dan belaian kasihmu
Tuk jadi tempatku berkeluh kesah
Kala ku rapuh dan terbuang
Kau tawarkan pundakmu tuk menopang berat beban hidup ini
Kala ku terbang dan tersenyum
kaupun sempurnakannya dengan untaian doa indahmu
Kaulah malaikat ku
Kaulah pahlawan ku
Kaulah kartiniku
Tak ada yang indah tuk melukiskan nya
Terima kasih untuk pengorbanan mu
Tanpamu aku hanya seonggok debu
Yang terjebak dalam dimensi ini